RI Bakal Jadi Negara Pertama Bangun Kilang Mini di Tengah Laut
- Details
- Published: Thursday, 13 October 2016 07:21
- Written by Admin Setting
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, infrastruktur ini akan dibangun di tengah laut dengan investasi lebih dari Rp 250 miliar. Apabila terwujud, Indonesia menjadi negara pertama yang membangun kilang minyak mini di tengah laut.
"Investasi untuk pembangunan kilang minyak mini ini, pada awalnya akan ditawarkan kepada badan usaha. Apabila tidak ada yang berminat, maka pembangunan kilang akan menggunakan dana Pemerintah," kata Wiratmaja, dalam situs resmi Direktorat Jenderal Migas, di Jakarta, Senin (8/8/2016).
Wiratmaja menuturkan, kapasitas kilang minyak mini ini, disesuaikan dengan produksi minyak Blok East Natuna yang diperkirakan sekitar 7 ribu -15 ribu barel per hari. Rencananya, kilang minyak mini dibangun di tengah laut di ujung kepulauan Natuna. Selain agar dapat digunakan bersama-sama dengan blok migas lainnya, pembangunan kilang juga dilakukan demi kedaulatan negara.
Wiratmaja mengatakan, teknologi yang akan digunakan untuk membangun kilang mini di tengah laut tersebut telah tersedia. Namun, ia mengakui, belum ada negara yang membangun kilang minyak mini di tengah laut karena biayanya yang relatif mahal. Terutama jika dibandingkan dengan pembangunan kilang di darat.
"Membangun kilang di tengah laut itu, keuntungannya kecil banget. Malahan mungkin tidak ada untung. Semakin besar kilang yang dibangun, semakin enak untuk profit," ujar Wiratmaja.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah berencana memproduksi lebih dulu cadangan minyak di Blok East Natuna, baru kemudian gasnya. Diperkirakan diperlukan waktu 3 tahun agar kandungan minyaknya dapat berproduksi atau sekitar 2019. Produksi minyak ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan di sekitar Natuna, antara lain untuk bahan bakar kapal TNI.
Blok East Natuna memiliki 2 level yang level atas merupakan gas dan level bawah adalah minyak. Cadangan gas di East Natuna diperkirakan 4 kali lipat dari Blok Masela.
Untuk pengembangan gas ini, sedang dilakukan kajian teknologi dan market review oleh Pertamina yang memakan waktu 2 tahun. Namun Pemerintah telah meminta agar BUMN tersebut mempercepat waktunya menjadi 1,5 tahun sehingga tahun 2017 sudah dapat ditetapkan PSC yang baru. (Pew/Ahm)
sumber : www.liputan6.com