Portable Wheel Head Power Plant Untuk Panas Bumi Kapasitas Kecil

Pemanfaatan teknologi portable wheel head power plant akan dilakukan di wilayah kerja panas bumi (WKP) Sibayak untuk kapasitas 2 MW. “ Melalui Green Energy Geothermal (GEG) dari United Kingdom bersama Pertamina Geothermal Energy (PGE) melakukan kegiatan survey untuk panas bumi di Sibayak 2 MW. Pengeboran akan dilakukan menggunakan teknologi wheel head power plant. Portable wheel head power plant itu bekerja secara portable sehingga lebih mudah untuk dapat dipindah-pindahkan dan kalau ituu berhasil maka Direktorat Panas Bumi atau Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi akan membuat kebijakan di Indonesia Timur yang 2 MW, 3 MW menggunakan apa yang namanya portable wheel head power plant, jelas Yunus. “Jadi nanti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dapat berlomba-lomba dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro. Ngebor satu pake steam hole saja keluar 2 MW, 3 MW ,” ujar Yunus. (SF) Sumber : esdm.go.id

Indonesia Tuan Rumah Kongres Dan Pameran Energi Terbarukan Dunia 2016

Indonesia diberi kesempatan untuk menjadi tuan rumah 15th World Renewable Energy Congress (WREC 2016). WREC 2016 akan dilaksanakan di Jakarta Convention Centre (JCC) pada tanggal 19 hingga 23 September 2016. Ajang ini merupakan kegiatan rutin dua tahunan dari World Renewable Energy Network (WREN) bergilir antar anggota. Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menjadi tuan rumah pertemuan ini. Hingga H-4 telah tercatat ratusan peserta dari 35 negara menyatakan kesediaanya untuk hadir berpartisipasi dalam kongres. “Kami bangga menjadi tuan rumah WREC 2016, karena pelaksanaanya akan memberi kontribusi pada kebijakan dan target pemerintah yang telah menetapkan share 23% dari energi baru terbarukan dalam bauaran energi nasional tahun 2025,” ujar Ketua METI, Suryadarma, Kamis (15/9). Suryadarma menambahkan, pelaksanaan WREC 2016 yang berdekatan dengan ajang COP 12 di Maroko dapat dipandang sebagai pemanasan menjelang event akbar tersebut. “Saya berharap hasil-hasil yang akan dicapai pada event ini akan memberikan kontribusi yang signifikan baik secara nasional maupun internasional dalam pengembangan dan pemanfataan enrgi terbarukan,” ujar Suryadarma. Ketua Pelaksana WREC 2106, Herman Darnel Ibrahim mengatakan, kongres WREC akan berlangsung selama lima hari dan akan dibuka dengan opening ceremony dan menggelar sejumlah plenary session, training session dan breakout session. “Pada tanggal 23 September akan digelar plenary session 5th Indonesia Renewable Energy and Energy Conservation Summit yang akan dihadiri oleh sejumlah Menteri dan pimpinan institusi yang terkait dengan renewable energy dan lingkungan seperti , USAID, GIZ, dan GGGI,” ujar Herman. Beberap topic akan dibahas di WREC seperti, system energi surya, angina, air, laut, panas bumi dan semua jenis jenis energi yang bersumber dari bio gas antara lain, biomasa, biogas, biofuel dan sampah,’ jelas Herman. Rangkaian acara WREC 2016 selain diisi dengan konferensi juga akan diisi dengan eksebisi yang diikuti antara lain oleh, BPDP Sawit, NZTE, Enfenity, MPS, Rec Solar, Embassy of Canada, Italia Trade Commission, GGGI, Kis Green Technology, Canadian solar dan Springer serta Pertamina. (SF) Sumber : esdm.go.id

Filosofi Baru Penyediaan Energi Listrik

Filosofi penyediaan energi listrik di Indonesia mengalami perubahan dengan dicanangkannya program 35.000 MW. Kalau sebelumnya, pemerintah memenuhi listrik dari berapa kebutuhan (demand) yang ada, saat ini Pemerintah menyediakan infrastruktur listriknya, lalu investor dipersilakan untuk datang. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Agoes Triboesono saat membawakan presentasi dalam Forum Ketahanan Energi Nasional di Hotel Sahid Jakarta, Kamis (8/9). Menurut Agoes perubahan filosofis tersebut dikarenakan banyaknya permintaan dari para investor terkait ketersediaan listrik jika ingin mengembangkan usaha di Indonesia. “Jadi kita menyediakan infrastrukturnya karena banyak investor-investor baru selalu bertanya mana listriknya, saya dapat listrik dari mana,” ungkap Agoes. Dulu karena infrastruktur listrik belum tersedia, mereka memasang pembangkit sendiri. “Nah itu membuat investasi mereka jadi lebih mahal. Kalau lebih mahal, produksinya juga jadi lebih mahal, karena produksinya mahal jadi tidak bisa bersaing di dunia global,” ungkap Agoes. Jika program 35.000 MW berjalan dengan baik, Agoes mengungkapkan bahwa investor akan datang dengan segala infrastruktur yang telah tersedia. Agoes Triboesono juga menyampaikan optimisme pemerintah dalam pembangunan 35.000 MW. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mempersingkat proses perizinan dan menyelesaikan beberapa kendala. Agoes juga menyebutkan bahwa tambahan 7.000 MW dari total 42.000 MW akan selesai sekitar tahun 2017. “Yang tujuh ribu ini bukan 2019 operasinya, kita harapkan sekitar 2017 paling lambat itu sudah masuk semua,” jelasnya. Selain membangun pembangkit listrik, program 35.000 MW juga fokus pada pembangunan jaringan transmisi listrik. “Jaringan Transmisi kita targetkan kita akan membangun tambahan sekitar 46.630 kms” ungkap Agoes. Dalam penyediaan listrik kepada masyarakat, pemerintah memiliki filosofi penyediaan listrik yang lebih sederhana dan cepat. Menurut Agoes, tolok ukur keberhasilannya ada pada peringkat Indonesia dalam survey world bank terkait getting electricity. Ia menyebutkan bahwa dulu untuk mendapatkan listrik ada tujuh prosedur yang harus dilalui, sedangkan sejak tahun 2015 telah dikurangi menjadi lima prosedur. “Waktunya juga atau kecepatannya tahun 2012 itu 108 hari sekarang waktunya tinggal 79 hari,” ungkap Agoes. Di tahun 2012 hasil survey Worldbank menunjukkan Indonesia berada pada peringkat 161 getting electricity. “Di 2016 alhamdulillah sudah membaik diperingkat 46. Target kita di 2017 nanti mudah-mudahan bisa masuk 20 besar,” kata Agoes. Selain filosofi dari penyediaan infrastruktur energi, pemerintah juga merubah paradigma masyarakat soal subsidi energi. Menurut Agoes, pemerintah masih memberikan subsidi kepada pelanggan listrik yang dianggap tidak mampu. Di 2017 menurut Agoes, pemerintah akan mengajukan subsidi untuk pelanggan yang tidak mampu sekitar 48,56 Triliun dengan catatan bahwa nanti pelanggan 900VA akan dipisahkan menjadi pelanggan yang benar-benar tidak mampu untuk diberi subsidi dengan pelanggan yang benar-benar mampu yang tidak perlu disubsidi lagi. (MH/PSJ) sumber : www.djk.esdm.go.id

5000 MW PLTN Untuk Capai Target 23 Persen EBT Di 2025

EBTKE-- Rencana Umum Ketenagalistrikan (RUKN) 2015 - 2024 memproyeksikan pertumbuhan kebutuhan listrik sebesar 5900 megawatt (MW) per tahun sedangkan kemampuan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN pesero) sebesar 4200 MW per tahun. Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional memproyeksikan antara lain tambahan pembangkit baru sekitar 6.2 gigawatt (GW) per tahun dam pangsa energi baru terbarukan (EBT) pada tahun 2025 ditargetkan bisa mencapai 23 persen namun target tersebut sulit dipenuhi jika hanya mengandalkan dari pembangkit berbasis energi fosil dan energi baru terbarukan. Berdasarkan simulasi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan tahun 2014 maka ditemukan guna mencapai tagret 23 persen pada tahun 2025 maka membutuhkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tahun 2024-2025 dengan total kapasitas 5000 MW. Berangkat dari kenyataan tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menyusun Buku Putih PLTN 5000 MW. Walaupun demikian, pengembangan energi nuklir menjadi pembangkit listrik masih menghadapi berbagai kendala dan tantangan. Tantangan tersebut diantaranya penolakan masyarakat (resistansi tinggi) dengan masalah keamanan dan kehandalan, disamping itu diperlukan dukungan politik dan komitmen yang kuat, faktor lain perlu sosialisasi secara masif dan kurang sadarnya bahwa teknologi yang sudah terbukti dan handal dengan masa waktu kerja (life time) yang sama. Padahal, industri dalam negeri memiliki pengalaman cukup mumpuni untuk pengembangan PLTN, semisal PT. Siemen Indonesia memiliki pengalaman dalam membuat dan memasok kondenser untuk PLTN Olkiluoto unit 3 di Finlandia dengan kapasitas daya 1.600 MWe. Seluruh fabrikasi dilakukan di Cilegon dan dikirim ke Finlandia melalui Pelabuhan Banten. Kemudian, juga berpengalaman mengekspor komponen inner casing turbine untuk PLTN Susquehanna (USA) dan PLTN Forsmark (Swedia). Industri nasional juga memiliki kemampuan memproduksi sistem turbin-generator uap kapasitas daya hingga 18 MWe serta keterlibatan industri nasional pada pembangunan reaktor penelitian Reaktor Serba Guna, G.A. Siwabessy (RSG-GAS) adalah sebesar 35 persen. Sumber : ebtke.esdm.go.id
Templates Joomla 3.3 BIGtheme.net